Senin, 31 Agustus 2009

Manajemen Perbibitan BBPTU Sapi Perah Baturaden Menuju Era Teknologi


Dalam rangka mendukung pembangunan sapi perah nasional, Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul (BBPTU) Baturaden melaksanakan manajemen kekayaan intelektual dengan grand strategy 20-25 tahun. Dari grand strategy tersebut memuat tiga target atau sasaran utama yang meliputi BBPTU Sapi Perah Baturaden sebagai institusi pembibitan nasional. Konsep umum Good Dairy Farming Practice dan sebagai centre of exelience sapi perah nasional.

BBPTU Baturaden, Jawa Tengah juga memiliki rencana strategis tahap I (2005-2010) dengan aplikasi dan aktualisasi dari tahapan masterplan, dan laporan setiap akhir tahun. “Adapun manajemen pembibitan yang dilaksanakan dalam bidang teknis secara perlahan meninggalkan system tradisional menuju era teknologi”, kata Kepala BBPTU Baturaden Ir. Djodi ………………………. MSc kepada “Sinta” di Jakarta baru-baru ini menjawab tentang perkembangan balai besar tersebut.

Bioteknologi Peternakan
Menurut Kepala BBPTU Sapi Perah Baturaden dalam kegiatan manajemen perbibitan dilaksanakan juga melalui program pengawalan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Departemen Pertanian. Di samping itu aplikasi berbasis pada bioteknologi yang meliputi bioteknologi reproduksi, bioteknologi pakan dan bioteknologi kesehatan hewan.

Ruang lingkup bioteknologi meliputi gertak birahi, sistem perkawinan, dan embrio transfer. Kegiatan gertak birahi didasarkan atas normal birahi dengan siklus 18-21 hari dan 40-60 hari pasca partus. Sistem perkawinan dengan metode kawin suntik (IB) dan pada tahun 2007 dipergunakan frozen semen sexix dan sapi betina.
Berdasarkan pengalaman tahun 1993 pada tahun 2007 bekerjasama dengan BET Cipelang dilaksanakan kegiatan ET dengan donor 3 ekor dihasilkan 40 embrio transferable transfer 21 ekor induk resipion 4 ekor bunting.

Untuk bioteknologi pakan dilaksanakan melalui rekayasa fermentasi, pembuatan silase. Pemakaian konsentrat ujicoba legumisa alfalta yang berasal dari negara sub tropis yang ditanam pada luasan 5,6 hektar dengan menggunakan inokulun fertilizer. Dari ujicoba tersebut menghasilkan 0,7 kg/m2/21 hari, dan dari uji laborat nutrisi yang dihasilkan 22% untuk seluruh pohon dan 32% untuk daun.

Kunci sukses pembibitan sapi perah pola pengendalian dilakukan dengan dua metode yakni bioteknologi biosecurity dan survailance. Kegiatan survailance yang dilaksanakan melalui pengendalian penyakit secara dini terhadap 8 jenis penyakit, yakni brucelosis, IBR, BUD, BGC, TBC, para TBC, trichomoniases; EBL. Survailance dilakukan bekerjasama dengan BBV Wates dan penyakit umum (mastitis, kuku dan lain-lain) dengan dilakukan monitoring kontinyu secara mandiri oleh paramedik dan medis Bali.

Selasa, 11 Agustus 2009

Peluang Ekspor Daging ke Timur Tengah

Peluang ekspor daging sapi ke Timur Tengah makin terbuka. Sebuah peluang bagi investor di bidang peternakan sapi.

Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengatakan peluang ekspor daging sapi ke Timur Tengah makin terbuka dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. ”Karena dengan adanya UU itu, maka penerapan jaminan keamanan dan kehalalan pangan khususnya pangan asal hewan termasuk daging akan lebih terawasi dengan baik,” tambahnya saat memberikan sambutan Launching PT. Global Livestock Cattle yang dibacakan Dirjen Peternakan Tjeppy D. Soedjana di Medan, Sumatera Utara.

Mentan menyambut baik kehadiran perusahaan ini. Lounching ini bisa menjadi titik tolak bagi pengembangan bidang usaha peternakan sapi potong secara holistik, karena berdasarkan corporate plan PT. Global Livestock Cattle akan menerapkan usaha mulai dari hulu hingga hilir, mulai di tingkat on farm (budidaya penggemukan dan pembibitan), rumah potong hewan, hingga pemasaran produk daging.

”Untuk itu, saya menyambut baik dan menghargai upaya PT. Global Livestock Cattle beserta group-nya yang mengikutsertakan masyarakat berperan aktif dalam pengembangan peternakan, mengoptimalkan peran dan fungsi rumah potong hewan daerah, serta nantinya akan menerobos akses pemasaran daging di tataran global,” tambahnya.

Ditambahkannya, pemerintah kini tengah berupaya mewujudkan swasembada daging sapi melalui Program Percepatan Swasembada Daging Sapi atau yang dikenal dengan Program P2SDS. Program akan dievaluasi sehingga apabila masih belum tercapai akan diperpanjang menjadi 2010-2014. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan daging untuk memenuhi permintaan konsumsi dalam negeri saat ini masih belum mencukupi.

Dalam kondisi 2 tahun terakhir ini, konsumsi daging sapi bagi penduduk Indonesia baru mencapai 1,75 kg per kapita per tahun, masih jauh di bawah konsumsi per kapita negara tetangga. Adapun produksi daging dalam negeri baru dapat mencapai 259,6 ribu ton atau 62,5% dari total permintaan konsumsi daging yang harus dipenuhi yakni 414,7 ribu ton, sehingga masih diperlukan impor sebanyak 500 ribu ekor sapi setara dengan 90.750 ribu ton daging (21,8%) dan 62,4 ribu ton daging (15,04%).

”Oleh karena itu upaya pemerintah dalam 5 tahun ke depan, mentargetkan penambahan penyediaan sekitar 1 (satu) juta ekor sapi betina dewasa dan menekan impor hingga 10% agar kontinuitas penyediaan daging dalam negeri dapat mencukupi kebutuhan,” jelas Mentan.(www.sinartani.com)
 

PETERNAKAN Copyright © 2009 Community is Designed by Bie